PENERAPAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA
Bahasa Jawa merupakan bahasa yang mengenal adanya tingkat
tutur atau undha-usuk basa atau unggah-ungguh basa. Adanya tingkat tutur
dalam bahasa Jawa merupakan adat sopan santun berbahasa Jawa. Adat sopan santun
ini mencerminkan perilaku kebahasaan yang sebenarnya juga tercermin dari
perilaku masyarakat.
TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA
Lugu
NGOKO
Alus
Alus
1. NGOKO ALUS
Ngoko lugu adalah ragam pemakaian
bahasa Jawa yang seluruh kalimatnya dibentuk dengan kosakata ngoko, afiksnya (awalan,akhiran) juga
menggunakan ngoko.
Rumus:
Tembung sedaya ngoko +
afiks ngoko
Ragam ngoko lugu
digunakan untuk:
a. Berkomunikasi dengan orang yang kedudukan atau statusnya
lebih rendah, missal antara guru dengan murid, orang tua dengan anaknya, dan
antara orang yang sudah akrab.
b. Berkomunikasi yang sifatnya umum, misalnya penggumuman
iklan, menawarkan barang, dan juga dapat digunakan dalam penulisan surat kabar.
Tuladha:
a. Dude
Herlino mangan tela goreng.
Dude Herlino
makan singkong goreng.
b. Syahrini
gawe buku sing irah-irahane “sesuatu”.
Syahrini
membuat buku yang berjudul “sesuatu”.
2. NGOKO ALUS
Ngoko
alus adalah ragam pemakaian bahasa Jawa yang dasarnya adalah leksikon ngoko, namun juga menggunakan leksikon krama inggil, dan atau karma andhap, afiks yang digunakan
adalah afiks ngoko, kecuali awalan –kok dan akhiran –mu yang diganti dengan kata panjenengan.
Rumus:
Ngoko + krama inggil + krama andhap + afiks ngoko
Kaidah pembentukan ngoko
alus sebagai berikut:
a. Leksikon ngoko
untuk menghormati orang lain diganti menjadi leksikon karma inggil, kalo tidak ada menggunakan leksikon ngoko tersebut.
b. Leksikon ngoko
yang berhubungan dengan diri pribadi walaupun memiliki karma inggil, tetap digunakan leksikon ngoko (tidak boleh menggunakan karma inggil untuk diri pribadi).
c. Leksikon ngoko
yang berhubungan dengan hewan, tumbuh-tumbuhan, walaupun memiliki kosakata karma
inggil, namun tetap menggunakan ngoko.
d. Awalan, sisipan, akhiran tetap menggunakan ngoko, kecuali awalan –kok, dan akhiran
–mu diganti
dengan kata panjenengan.
Tuladha:
a. Perkutut
panjenengan njaluk ngombe.
Perkutut mu
minta minum.
b. Pakdhe mengko
arep tindak karo sapa?
Pakdhe nanti
akan pergi dengan siapa?
c. Pak lurah
sing anyar iku asmane sapa?
Pak lurah
yang baru itu namanya siapa?
3. KRAMA LUGU
Krama
lugu adalah ragam pemakaian bahasa Jawa yang seluruh kalimatnya dibentuk dengan
leksikon karma, begitu juga afiksnya
menggunakan karma.
Rumus:
Sedaya krama + afiks krama
Kaidah pembentukan krama
lugu sebagai berikut:
a. Leksikon ngoko
yang memiliki padanan dalam leksikon krama,
maka diubah menjadi leksikon krama,
kecuali yang memiliki leksikon krama,
maka tetap menggunakan leksikon ngoko.
b. Afiks ngoko diubah
menjadi krama, misalnya awalan di- diubah menjadi dipun- , awalan kok-
diubah menjadi sampeyan, ater-ater dak- diubah menjadi kula.
Tuladha:
a. Sampeyan
sampun nedha Pak?
Anda sudah
makan Pak?
b. Samenika
semah kula nyambut damel wonten Boyolali.
Sekarang istri
saya bekerja di Boyolali.
c. Mas Danu
dipunbektakaken apel kalih kilo dening Bapak.
Mas Danu
dibawakan apel dua kilo oleh Bapak.
4. KRAMA ALUS
Krama
alus adalah bentuk unggah-unguh bahasa Jawa yang semua kosa katanya terdiri
atas leksikon krama, krama inggil, dan krama andhap.
Rumus:
Tembung krama + krama inggil + krama andhap + afiks krama
Kaidah pembentukan ragam krama alus, sebagai berikut:
a. Leksikon ngoko
yang memiliki padanan krama inggil
maka diubah menjadi krama inggil,
kecuali yang berhubungan dengan diri pribadi tetap menggunakan krama.
b. Apabila leksikon ngoko
tidak memiliki padanan dalam leksikon krama
inggil, tetapi hanya memiliki padanan dalam leksikon krama, maka diubah menjadi krama
saja.
c. Apabila leksikon ngoko
tidak memiliki padanan dalam leksikon krama
inggil, maupun krama, tetapi
hanya memiliki padanan dalam leksikon ngoko
maka diubah menjadi ngoko.
d. Semua afiks diubah menjadi krama. Missal, di-
menjadi dipun-, kok- menjadi panjenengan,
akhiran –e diubah menjadi –ipun, -en menjadi panjenengan.
Tuladha:
a. Menika wangkingan
kagunganipun sinten?
Ini keris
milik siapa?
b. Bapak gerah
sampun tigang dinten menika.
Bapak sakit
sudah tiga hari ini.
c. Ibu sampun
dhangan saking gerahipun.
Ibu sudah
sembuh dari sakitnya.
d. Jam 4
enjang kalawau, simbah sampun wungu.
Jam 4 pagi
tadi, Kakek sudah bangun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar