Kamis, 19 Desember 2013

BATIK TEGALAN

   Sejarah dan Sentra Batik Tulis Batik Tegal
Asal-usul batik tegal tidak bisa dipisahkan dari  pengaruh  Mataram, yaitu sejak munculnya budaya berpakaian batik yang dibawa Raja Amangkurat I (Sunan Amangkurat Mas dari Keraton Kasunanan Surakarta) ketika dalam pelarian ke Tegal Arum. Amangkurat yang saat itu menyusuri pantai utara, membawa pengikut yang diantaranya perajin batik. Perkembangan batik tulis tegal kemudian lebih berkembang di tangan R. A. Kardinah sebagai isteri Bupati Tegal, R. M.  Sajitno Reksonegoro IX yang menjabat tahun 1908-1936. Pada tahun 1914, Kardinah mendirikan sekolah putri Wisma Pranawa, orang biasa menyebutnya “Sekolah Kepandaian Putri” dimana salah satu mata pelajaran dalam kurikulum mengajarkan cara membatik. Dari sini batik tulis tegal menjadi lebih berkembang di masyarakat, sehingga menjadi produk rakyat (Untung : 2009).
Tegal merupakan salah satu daerah di Jawa Tengah dimana letaknya dianggap strategis,  karena berada di jalur pantura dan terletak di antara jalur Jakarta-Surabaya maupun Jakarta-Solo. Letaknya yang strategis membuat Kabupaten Tegal memiliki beraneka ragam budaya, baik budaya asli maupun budaya serapan yang dibawa oleh para musafir.
Salah satu budaya yang hingga kini masih bertahan yaitu batik tulis tegal. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa dalam pembuatan karya tulis ini penulis meneliti dua sentra batik yang ada di Kabupaten Tegal, yaitu di Desa Bengle dan Desa Dukuh Salam. Setelah diadakan penelitian pada dua tempat tersebut, diketahui bahwa batik tulis tegal dapat dibagi kedalam dua macam, yakni batik kidul dan batik lor. Batik kidul meliputi batik dukuh salam, batik pangkah, batik tegal wangi dan batik pagianten . Sedangkan batik lor yakni meliputi batik bengle, batik pasangan, serta batik pesisiran di Kabupaten dan Kota Tegal lainnya kecuali batik tegal wangi.

Batik Kidul
Batik kidul lebih dikenal dengan corak warnanya yang khas, yakni menggunakan warna putih, coklat dan hitam. Inilah yang menjadi  ciri khas batik kidul. Corak ini mirip dengan corak asli dari keraton.
Rata-rata perajin batik kidul enggan untuk membuat batik dengan corak warna lain karena dinilai bukan merupakan ciri khas dari daerah mereka. Selain itu, mereka juga saat ini belum dapat memproduksi batik dengan corak yang warna-warni, hal ini disebabkan karena mereka belum mahir melakukan ‘proses colet’ yang mana akan membuat keragaman warna dari kain batik itu sendiri.

Batik Lor
Batik lor memiliki komposisi warna yang beragam, sehingga batik ini dapat digolongkan ke dalam batik corak pesisiran. Para perajin batik daerah ini, berusaha membuat kain batik dengan motif dengan menyesuaikan selera konsumen. Sehingga hal ini menyebabkan batik lor lebih berkembang dari batik kidul.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar