Tedhak
siten berasal dari kata tedhak atau idhak yang berarti injak atau menginjak dan
siten berasal dari kata siti yang berarti lemah atau tanah atau bumi. Tedhak
siten adalah upacara perlambang anak yang siap-siap menjalani hidup lewat
tuntunan orang tua ketika si anak sudah mulai akan berjalan atau menapaki siti
(bumi) yang dilambangkan sebagai awal si anak memasuki kehidupan. Dalam arti
lain untuk mengenalkan sang buah hati kepada ibu pertiwi yang mana senada
dengan pepatah Jawa “ibu pertiwi bopo angkoso” yang melambangkan bumi ibu dan
lagit sebagai bapak.
Tujuan dari tedhak siten adalah sebagai peringatan dan
pengajaran bagi manusia akan makna hidup diatas bumi. Tedhak siten mengandung
harapan orang tua terhadap anaknya kelak berguna bagi keluarga, masyarakat,
bangsa dan negaranya, serta kelak dewasa akan mampu berdiri sendiri.
Tedhak
siten diselenggarakan pada saat anak berumur pitung lapan atau
tujuh selapan, atau dalam satuan harinya 245 hari (diperoleh dari 7 x 35
hari), karena dalam masyarakat Jawa, lapan berarti 35 hari.
Perlengkapan
tedhak siten antara lain:
1. Nasi tumpeng
Nasi tumpeng disajikan lengkap dengan sayuran
atau urap. Tumpeng bisa berwarna kuning dan putih. Tumpeng berwarna putih
melambangkan kesucian; sedangkan yang kuning melambangkan rezeki yang melimpah
(kekayaan) dan masa depan penuh harapan baik.
2. Jenang (bubur)
Jenang (bubur) yang disajikan berwarna merah dan putih.
Jenang tersebut terbuat dari tepung beras agak kental sebagai lambang batu
ujian mengatasi berbagai kesulitan hidup.
3. Jajan pasar
Jajan pasar seperti lapis, kue tok, onde-onde,
nagasari, wajik, risoles, lemper, bikang, lumpia, kroket, sosis solo, martabak,
bacang, kue khu, kue bugis, dan lain-lainya. Selain kue basah ada pula kacang
rebus dan pala pendem, yakni ubi-ubian yang telah dibersihkan dan dinanak atau
didang.
4. Juadah 7 warna (ketan
7 warna).
Juadah Warnanya merah, hitam, biru, kuning, putih ungu dan
merah muda.Merah, hitam, putih, dan kuning melambangkan nafsu manusia; muda
bermakna bersatunya darah merah dan darah putih dari ibu dan bapak; biru
bermakna angkasa atau angin; dan ungu bermakna kehidupan sempurna. Makna lain
yang terkandung dalam tujuh macam warna ini adalah suatu harapan agar anak
dalam setiap harinya dapat mengatasi berbagai macam kesulitan. Ada pula yang
menyebut ketujuh warna itu adalah merah, putih, hijau, biru, kuning, jingga,
dan coklat. Merah perlambang berani, putih itu suci, hijau itu alam semesta,
biru itu langit, kuning itu cahaya, jingga itu matahari, dan coklat itu bumi.
Dengan demikian, juadah tujuh warna dan makna yang terkandung berbeda,
berdasarkan daerah masing-masing.
5. Sekar (bunga) setaman
Sekar setaman ditempatkan dalam bokor besar. Kembang setaman
meliputi melati, mawar, dan kenanga atau kembang telon. Kembang setaman
melambangkan sifat suci dalam tingkatan hidup yang akan dijalani.
6. Andha (tangga) tebu
arjuna, tebu wulung.
Tebu ini berwarna ungu. Tebu wulung bertiang dua dibuat 7
anak tangga. Tebu wulung harus berjumlah 3 buah batang tidak boleh kurang
ataupun lebih. Dua batang untuk tiang, sebatang untuk anak tangga. Buat 7
pasang sujen, masing-masing untuk 7 tiang kiri dan 7 ditiang kanan tangga.
Lambangnya selangkah-langkah memulai hidup hingga dewasa, si anak dalam keadaan
urip manis, bahagia hidupnya, tulus, beretika dan bercita-cita.
7. Ayam panggang
Ayam panggang diikat menyatu dengan tebu wulung atau tebu
arjuna. Selain ayam yang diikatkan, ada juga satu lirang pisang raja
yang juga diikatkan dengan lawe wenang.
8. Kurungan (kranji) ayam
Bentuknya seperti kurungan ayam yang terbuat dari bamboo,
biasanya dihiasi janur kuning atau kertas warna-warni. Dalam kurungan biasaya
dimasuki barang-barang berharga seperti gelang, kalung, al-quran, buku,
alat-alat tulis, beras, kapas, padi, peralatan rias, uang kertas dan logam,
wayang. Kurungan ayam melambangkan dunia fana yang terbatas atau
suatu masyarakat yang akan dimasukinya dengan mematuhi segala peraturan
dan adat istiadat setempat. Barang-barang perhiasan melambangkan kekayaan.
Kapas, padi, dan beras mengandung harapan agar anak kelak selalu kecukupan
sandang pangan.
9. Banyu gege
Banyu gege adalah air yang didiamkan semalam di tempat
terbuka dan paginya dipanaskan dengan sinar matahari pagi, kurang lebih pukul
08.00. Karena matahari pada jam tersebut sangat bagus untuk pertumbuhan anak,
terutama untuk menguatkan tulang. Pada saat pelaksanaan upacara tedhak siten, banyu
gege akan ditaburi bunga setaman.
10. Undhik-undhik
Undhik-undhik adalah beras kuning bercampur dengan berbagai
jenis dan nilai mata uang logam yang nanti ditaburkan di akhir
upacara tedhak siten
Urutan
upacara tedhak siten
1. Tedhak juadah pitung
warna
Ibu di bantu ayah menuntun anaknya berjalan menginjak tanah
kemudian perlahan menginjak juadah 7 warna. Ini perlambang anak menginjak
kakinya pertama ke tanah dengan harapan agar bisa berbaur dengan alam, mau
mengerti akan alam tempat ia berpijak. Juadah 7 warna artinya sang anak bisa
melalui tujuh hari dalam kehidupannya dengan perlahan dengan pikiran tenang
agar bisa melalui masa kesulitannya. Penitahan orang tua melambangkan kewajiban
orang tua untuk menuntun anaknya mencapai cita-citanya.
2. Mudhun tangga tebu
Selanjutnya ibu melanjutkan menuntun anaknya menaiki tangga
yang terbuat dari tebu wulung atau ireng, kemudian menuruni kembali turun dari
tangga tebu. Lambangnya agar kelak kesadarannya selalu meningkat lebih tinggi,
mempunyai kedudukan, derajat dan budi pekerti yang tinggi dengan setahap demi
setahap dan tetap antebing kalbu (ketetapan hati) menggapai semua keinginannya,
seiring dengan pertumbuhan dan keperluan batin meningkatnya kesadaran
spiritual.
3. Ceker-ceker
Sang anak masih di tuntun ibunya melakukan ceker-ceker
pasir. Anak di tuntun berjalan di pelataran passir, kaki sang anak
mengkais-kaiskan pada pasir. Maknanya agar kelak sang anak memiliki sifat ulet
dan kreatif serta mempunyai semangat tinggi untuk mencari ilmu pengetahuan dan
kebutuhan pribadinya baik jassmani maupun rohani, agar sang anak bisa
memilah-milah mana yang baik dan buruk dengan cara yang adil dan terus mengorek
kebenaran yang ada.
4. Kurungan
Setelah itu, sang anak dimasukan kedalam kurungan ayam yang
sudah dihias, maksudnya agar sang anak tidak takut dalam kurungan. Jika sang
anak takut maka sang ibu menemani dalam kurungan. Sang
anak memilih berbagai macam benda yang disediakan, seperti padi,
kapas, alat-alat berharga (perhiasan dan uang), alat tulis, buku ngaji (Al-Quran),
wayang kulit, dan barang-barang berguna lainya. Apa yang dipilih sang buah hati
akan menentukan kelak jalan hidup sang anak. Misalnya apabila anak memilih alat
tulis kelak sang anak akan menjadi penulis atau tertarik dalam bidang
tulis-menulis, apabila memilih buku ngaji (Al-Quran) sang anak menjadi
ahli dakwah.
5. Sebar undik-udik
Selanjutnya ibunda membantu sang buah hati untuk
menyebarkan udik-udik, beras kuning yang di dalamnya terdapat
uang logam atau kertas. Pada saat sebar udik-udik biasanya
yang hadir dalam upacara saling berebut mengambil uang yang telah disebarkan
bersama beras kuning dengan tujuan mencari berkah dari upacara tedhak
siten. Makna sebar udik-udik adalah mengajarkan
kepada sang buah hati agar mau berbagi rejeki yang dimiliknya, membantu sesama
yang kesulitan umumnya, khususnya di bidang ekonomi.
6. Siraman
Setelah itu sang anak dimandikan oleh ibu di bantu oleh
keluarga dengan banyu gege yang telah dicampur dengan kembang setaman, kemudian
sang anak dikeringkan dan kenakan baju yang baru dan dirias. Makna siraman
adalah agar sang anak bisa mengharuskan nama keluarga, bangsa dan negaranya.
Makna riasan dengan rapid an baru adalah agar anak mempunyai kehidupan yang
bagus dan penampilan berwibawa.
Setelah semua prosesi dilaksanakan diadakan kenduri. Seorang
sesepuh atau tokoh masyrakat memimpin doa bersama agar keluarga dan sang anak
khususnya mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat serta semoga prosesi
upacara tedhak siten diterima dan bermanfaat bagi keluarga kususnya dan sanak
keluarga serta tetangga yang hadir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar